selamat datang

Selasa, 01 Oktober 2013

CITA KITA

beberapa hari kebelakang ada tuga bikin cerpen. nah ini cerpen aku..

CITA KITA

Arum sudah tiga tahun tinggal di jogja. Arum adalah gadis cantik berdarah sunda, Arum sangat pintar dan disiplin. Prestasi adalah prioritas dia. Indahnya sore hari Arum gunakan untuk mengerjakan tugas di perpustakaan kampus yang tak jauh dari kost-an nya. Dengan dandanan sederhana memeluk buku dan menjinjing tas laptop Arum pergi ke kampus menggunakan delman. Setibanya di perpustakaan Arum tidak sendiri, Arum di temani teman laki-laki nya bernama Alif. Akhir-akhir ini Arum dan Alif memang selalu terlihat bersama.

Alif sudah pernah mengungkapkan perasaannya kepada Arum. Namun, Arum seolah tidak menanggapinya. Setidaknya banyak orang orang yang di sekililing mereka mengherankan kenapa Arum seolah enggan menjalin suatu hubungan yang serius dengan Alif. “Arum cantik dan pintar, Alif tampan dan pintar juga. Sangat disayangkan kalau mereka hanya berteman” perkataan seperti itu yang pernah terlontar dari mulut teman-teman mereka.

“Rum, aku boleh pinjam laptop kamu yah, aku mau liat galery photo mu juga yah..” teriak Alif disudut perpustakaan. Walaupun Alif punya rasa yang lebih dari sekedar teman tetapi Alif sama sekali tidak merasa canggung. “iya boleh” saut Arum yang tengah membaca buku di meja perpustakaan. Arum melihat Alif yang tengah memasang wajah serius di depan laptopnya “liat apa kamu lif?” tanya Arum sambil menghampiri Alif. “oh photo masa SMA aku. Udah mau maghrib pulang yuk” mereka berdua pun pulang. Kali ini Arum tidak pulang sendirian, Arum di antar Alif menggunakan vespa tua nya.

Setibanya di kost-an Arum. Alif menanyakan sesuatu tentang photo masa SMA Arum, photo Arum dengan seorang lelaki yang terlihat sangat akrab di mata Alif. Meskipun Alif sudah mulai membiarkan perasaannya tapi tetap saja rasa cemburu selalu ada. Alif yang kala itu memperjelas ciri-ciri fisik lelaki yang ada di photo tersebut dengan masih duduk di vespa tua nya membuat Arum mengajak Alif untuk masuk ke dalam kost-an nya. Tetapi Alif menolaknya dan langsung pamit.

“di photo deket white board. Pake jaket merah. Kita lagi pegang sapu. Duduk kayak orang pacaran. Dia ganteng. Putih. Mata sama hidung mirip orang arab. Emm siapa yah yang di maksud Alif..” gerutu Arum saat memasuki kamar nya. Arum sama sekali tidak ingat dengan photo yang di maksud Alif. Arum yang penasaran dengan photo yang di maksud Alif segera mengambil laptopnya di dalam tas yang tidak segera dibuka karena Arum harus mandi dan shalat maghrib.

Di dalam kegelapan dan keheningan karena aliran listrik mati dan teman serumahnya tengah pulang kampung Arum sangat terlihat bersinar di dapan laptop. Sudah lama Arum tidak membuka photo photo masa SMA nya. Saat akan membuka galery photo Arum teringat seorang pria yang ciri-ciri nya disebutkan oleh Alif. Abi, iya. Dia bernama Abi tepatnya Abimanyu. Dia seorang pria yang semasa SMA menjadi sahabat Arum. Abi tengah menuntut ilmu di universitas AL-azhar kairo mesir yang selama 2 tahun ini tidak pernah memberi kabar pada Arum. Saat itu Arum sangat enggan membuka galery photo nya karena terlanjur sedih mengingat Abi. Namun, Arum tetap membuka galery photo dengan rasa rindu sedih kegelapan keheningan dan kedinginan udara di dalam kamarnya.

Tetesan air mata mulai terlihat saat listrik di kost-an nya menyala. Arum segera menghapus air mata nya dan bertanya heran mengapa dia sampai meneteskan air mata.

Abi adalah sosok sahabat yang selama SMA menemani Arum. Kedua orang tua mereka sudah mengetahui satu sama lain kedekatan antara Arum dan Abi. Kedua orang tua mereka mengira ada hubungan khusus selain pertemanan di antara mereka. Hal itu di karenakan kedekatan mereka yang sangat amat erat. Mereka sering kali menghabiskan waktu di hari yang mereka anggap membosankan bersama. Menurutnya hari yang membosankan itu akan lebih baik jika di lewati bersama sahabatnya. Mereka sering melewati hari hari dengan berolahraga di sekeliling komplek atau berenang di kawasan komplek Abi.

Kesesokan harinya saat di kampus Arum dan Alif tidak terlihat bersama. Alif yang enggan menyapa Arum lantaran malu telah menanyakan hal tentang photo kemarin. Dan Arum yang seolah tidak ingat dengan Alif karena pikirannya terpenenuhi dengan Abi. Dari pandangan Alif, Arum sangat terlihat berbeda dari biasanya. Arum terlihat sangat pendiam. Alif pun berpikir untuk tidak menghampiri Arum.

Dibawah pohon rindang Arum duduk di kursi sambil mengotak ngatik laptopnya. Arum terlihat  tersenyum sedih saat melihat sebuah video yang dulu pernah dibuatnya dengan Abi. Di video yang durasinya lumayan sangat lama itu berisi candaan, janji janji dan ungkapan cita cita mereka kedepannya. Dulu video itu dibuat saat mengerjakan tugas dirumah Abi, saat mereka bosan dengan keseharian yang yang di hadapkan oleh aturan aturan dan kejenuhan kejenuhan mereka pun menyalakan kamera dan berceloteh se mau se ingin dan se apa adanya dalam pikiran dan hati mereka. Hal yang paling membuat Arum tersenyum sedih dalam video itu adalah saat mereka tengah tertawa lepas dan mengungkapkan cita-cita mereka masing masing.
Lulus SMA dengan nilai yang memuaskan, mendapat beasiswa di Al-azhar. Mendapatkan pacar sekaligus calon istri yang baik dan sholehah. Pergi naik haji bersama istri dan keluarga. Kira-kira seperti itulah kutipan cita cita yang di katakan oleh Abi dalam video tersebut. Dalam hati Arum berkata “Abi sudah lulus dengan nilai terbesar di SMA, Abi sudah masuk di Al-azhar dan mungkin Abi pun sudah punya seorang pacar yang baik dan cantik. Ya syukurlah”  Arum... Dengan hati yang sebenarnya menangis.

Arum yang dulu sangat tidak bisa lepas dari internet dan sosial media. Dan mulai menutup akun sosial medianya juga mengurangi ketergantungan terhadap internet sejak 1 tahun kuliah . Tetapi untuk kali ini Arum membuka kembali akun facebooknya untuk mencari tahu kabar dari Abi. Arum tahu kalau Abi sudah menutup akun nya lama sebelum Arum menutup akun nya. Membuka akun facebook ternyata tidak mendapatkan hasil.

Setelah membuka photo dan video Arum mulai melepaskan perasaannya dan segera bergegas menuju kelas. Saat di perjalanan menuju kelas Alif menyapa dan disambut dengan wajah pura pura gembira oleh Arum. Alif sangat ingin menanyakan hal apa yang membuat Arum terlihat pendiam dan sedih, tapi Alif menyadari bahwa itu akan membuat Arum semakin sedih.

“lif, kamu pengen tahu photo yang ada di laptop aku itu siapa?” tanya Arum. “iya Rum, tapi gapapa deh kalau kamu gamau cerita”  jawab Alif. Tanpa di tanya lagi Arum akhirnya menceritakan semua tentang Abi termasuk perasaannya. Kali ini Alif benar benar menyembunyikan perasaan kecewanya sedih dan marahnya di hadapan Arum. Arum menyadari bahwa Alif masih suka terhadapnya, tapi itu jalan yang di pilih Arum agar Alif bisa terlepas darinya.

Alif mulai menyadari bahwa perasaannya tidak bisa di paksakan. Lagi lagi Alif mencoba untuk menghindar. Namun, menurutnya menghindar bukan satu satu nya cara untuk menyembuhkan luka. Bukan menghidar, Alif malah menyarankan sesuatu agar Arum bisa kembali berkomunikasi dengan Abi. Alif menyarankan Arum untuk menghubungi orang tua Abi.

Arum mencari nomer telphone orang tua Abi di buku diary semasa SMA nya. Arum mendapatkannya dan segera menelpon nya. Lagi-lagi hasilnya nihil, nomer nya sudah tidak aktif. Akhirnya Arum menelpon orang tua nya untuk menanyakan kabar orang tua Abi. Ibu nya Arum menjawab bahwa orang tua Abi telah pindah rumah sebulan setelah Abi berangkat ke mesir. Orang tua Abi hanya memberitahu pindah ke malang tanpa memberikan alamat lengkap nya.

Arum sudah pasrah dengan segala usahanya dan mencoba untuk tetap fokus dengan kuliahnya.

Satu tahun kemudian...

4 tahun sudah Arum menuntut ilmu di jogja. 30 agustus 2019. Dingin Pagi di selimuti embun Arum terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya dan pipi berwarna merah muda. Arum di jemput supir kiriman orang tua nya menuju gedung. Arum ke gedung wisada sendiri tanpa di temani kedua orang tua nya. Mereka telat bangun Di karenakan mereka lelah setelah perjalanan 12 jam.

Setelah tali topi toga Arum dipindahkan, Arum menuruni tangga dan ia melihat kedua orang tua nya berdiri bangga. Tetapi di sampingnya terlihat seorang pria dewasa melambaikan tangannya dan tersenyum manis memakai jas cokelat. Arum segera turun dari podium dan menghapiri kedua orang tuanya dengan hati bertanya-tanya siapakah pria dewasa itu. Setelah mendekat, Arum tersadar bahwa pria dewasa itu adalah Abi yang selama ini menghilang.  Kemudian Abi menghampiri Arum dan menjabat tangannya sembari mengucapkan selamat, tanpa mengucapkan hal yang lain Abi kemudian memeluk Arum. Arum tidak membalas pelukan Abi, Arum hanya terdiam dan menangis bahagia di pelukannya. Kemudian mereka dan kedua orang tua Arum terduduk.  Abi dan Arum saling menatap mata dengan pancaran haru. “kamu ingat video saat kita SMA?” tanya Abi sambil menggemgam tangan Arum. “Akhirnya cita-cita kita akan segera tercapai” ungkapan yang mereka ucapkan secara bersamaan. Tawa dan tangis pun bercampur jadi satu. Gelak tawa mereka sempat membuat kehinangan di dalam gedung. Kemudian Abi berbisik kepada Arum “sepertinya kita akan pergi haji bersama” Arum hanya tersenyum bahagia. Perkataan itu menandakan bahwa Arum lah yang akan menjadi pedamping dari Pria pintar dan berwibawa tersebut.

Kemudian Abi mengajak Arum dan kedua orang tua Arum untuk menemui orang tua Abi yang berada di salah satu hotel tidak jauh dari gedung tempat Arum wisuda. Saat di parkiran ada seorang pria yang mengucapkan selamat kepada Arum. Pria itu adalah  Alif.


***


0 komentar:

Posting Komentar