selamat datang

Minggu, 07 Desember 2014

Mentari

Tidak seperti namanya, Mentari adalah seorang remaja yang selalu murung dan pendiam. ia tidak seceria seperti remaja pada biasanya. dari banyak teman di kelas, Mentari hanya dekat dengan teman sebangkunya, Rana. Kepribadian Rana sangat berbeda dengan Mentari, Rana selalu membuat teman temannya di kelas tertawa karena tingkahnya yang lucu dan sifatnya yang periang dan ceria. Sering kali Rana menjadi sasaran para teman dan gurunya yang menanyakan tentang Mentari, walaupun teman sebangkunya, Rana tidak begitu tahu tentang kehidupan Mentari. Rana sering sekali menanyakan tentang Mentari yang terlihat selalu murung dan pendiam namun Mentari selalu mengalihkan pembicaraan. Beberapa kali Rana mengajak Mentari untuk bermain atau sekedar mencari udara luar, karena Rana tahu bahwa Mentari sangat jarang keluar rumah, kalaupun keluar rumah mungkin hanya untuk sekolah dan mengerjakan tugas kelompok. Satu jam sebelum jam pulang, jemputan untuk Mentari sudah datang, jadi Rana tidak punya kesempatan menculik Mentari untuk bermain, saat mengerjakan tugas kelompok pun Mentari selalu diantar supirnya bahkan sang supir menunggu tuannya itu sampai selesai.

Mentari tidak tahu bahwa teman temannya di kelas menaruh perhatian kepadanya, suatu hari ada sebuah pengumuman bahwa sekolah mengadakan sebuah acara di Puncak Jawa Barat yang mengharuskan semua muridnya menginap selama 3 hari 2 malam. Acara tersebut akan dimulai seminggu setelah pengumuman disampaikan. Pengumuman tersebut membuat semua murid gembira karena mereka tahu walaupun acaranya bertema pembelajaran tetapi mereka bisa memanfaatkannya untuk liburan dan untuk mempererat kekompakan antarsiswa. Ditengah sorak kegembiraan teman temannya, Mentari hanya diam dan tersenyum. “kamu ikut kan?” tanya Rana dengan suara kencang kepada Mentari yang membuat teman teman nya yang sedang bersorak dengan sekejap membuat mereka diam, semua pandangan mengarah kepada Rana dan Mentari. Mentari pun menggelengkan kepalanya, “yaaahh...” semua teman temannya menyayangkan keputusan Mentari, semuanya menginginkan ia untuk ikut karena Mentari tidak pernah mengikuti acara sekolah sekalipun. Semua temanya membujuk agar ia ikut dalam acara ini. Randy seorang pria yang bermuka sangar, cuek dan yang paling sering bolos kelas pun ikut membujuk Mentari. “TARI, ikut lah kau” bujuk Randy dengan logat Bataknya, tapi Mentari hanya tersenyum.

“Ran, Mentari gak ikut kamu ke kantin?” tanya Ratish kepada Rana “ngapain kau tanya tanya Tari” tanya Randy sambil menepak pundak Ratish, “diam” menjatuhkan tangan Randy dari pundaknya. “Tari di kelas, katanya dia tidak lapar”. Ratish lalu ke kelas. Setiap langkah Ratish sangat panjang karena kakinya yang tinggi, seperti namanya, kata Ratish berasal dari India yang berarti Tuhan Cinta, Ratish orang Indonesia yang mayoritas keluarganya berdarah India, postur tubuhnya yang tinggi tidak seperti remaja Indonesia lainnya, tapi Ratish berpikir bahwa postur tubuhnya tidak diturunkan dari ayahnya yang asli India, Ratish percaya bahwa postur tubuhnya diturunkan kakek dari pihak ibunya yang berketurunan Jerman, namun begitu wajah Ratish sangat India. Ketika sampai di kelas Ratish lalu menghampiri Mentari sambil tersenyum, Mentari pun bingung. Kemudian Ratish langsung duduk di samping Mentari dan tanpa basa basi mengajak Mentari untuk pulang bersamanya nanti. Namun Mentari langsung menolaknya dan memberikan beberapa alasan, dari karena dia dijemput supirnya hingga alasan kalau rumahnya tidak searah dengan Ratish. Padahal Ratish Tahu bahwa rumah Mentari satu kompleks dengannya. “Yasudah” kata Ratish sambil pergi dari sampingnya karena Rana sudah ada di depan dia dan Mentari.

Bel pulang sekolah berdering sangat kencang yang membangkitkan sebagian siswa yang tidur saat jam pelajaran terakhir. Semua siswa keluar dari kelasnya masing masing, Mentari yang biasanya selalu dijemput tepat waktu bahkan sebelum waktunya sekarang dibiarkan menunggu digerbang oleh supirnya. “ayo naik saja, supir mu pasti telat jemput” Mentari menggelengkan kepalanya. “Yasudah” Ratish lalu pergi mengendarai motor gedenya.

Satu jam kemudian Ratish kembali lagi ke sekolah dengan pakaian latihan taekwondo, kali ini Ratish menggunakan mobil karena sedang hujan, saat memarkirkan mobilnya ia melihat Mentari sedang berteduh di pos satpam, lalu Ratish keluar dari mobil menggunakan payung menuju pos satpam lalu memaksa Mentari untuk pulang diantarnya, beberapa kali Mentari menolak. Tapi akhirnya Mentari mau untuk pulang bersamanya, Ratish pun memayungi Mentari menuju mobilnya. Di perjalanan Mentari dan Ratish tidak membangun sebuah topik, Mentari hanya meminta maaf karena membuat Ratish terlambat untuk latihan taekwondo dan Ratish hanya menjawab “tidak apa apa”. Saat sampai di kompleks Ratish menunjukan rumahnya yang tak jauh dari rumah Mentari, Mentari kaget karena selama 2 tahun lebih mereka sekelas, Mentari tidak tahu ia punya teman sekelas yang satu kompleks. Saat tiba tepat depan rumahnya, Mentari segera turun tanpa menawarkan Ratish untuk mengunjungi rumahnya, “terima kasih banyak Rat” lalu ia masuk ke dalam rumah.

Ratish pun pulang ke rumah, pakaian latihan taekwondo adalah alasan Ratish untuk kembali ke sekolah untuk mengecek keberadaan Mentari apakah sudah dijemput atau belum. Karena sebenarnya jadwal latihan Taekwondonya besok. Saat dirumah Ratish sangat penasaran dengan kepribadian Mentari yang sebenarnya, Ratish sangat ingin tahu banyak tentang Mentari, keesokan harinya Ratish sengaja tidak sekolah hanya karena ingin mengunjungi rumah Mentari, Ratish sengaja mengunjungi rumah Mentari saat mentari sekolah, karena saat mentari di rumah ia tidak pernah memperbolehkan siapapun termasuk teman dekatnya Rana berkunjung ke rumahnya, hal itulah yang membuat Ratish bertanya sebenarnya kenapa tidak ada yang boleh mengunjungi rumahnya. Ratish berjalan kaki dari rumahnya menuju rumah Mentari, saat depan rumahnya ada seorang anak berusia sekitar 6 tahun  masuk ke dalam rumah Mentari bersama wanita yang memakai pakaian babysitter. “mbak, mbak” Ratish memanggil pengasuh tersebut, “ ya mas? Ada apa?” pengasuh tersebut membiarkan anak yang diasuh masuk ke dalam dan menutup pagar, “benar ini rumah Mentari” padahal Ratish sudah mengetahuinya. Tiba tiba terdengar tangisan kencang dari dalam yang menyebabkan pengasuh tersebut panik lalu masuk ke dalam tanpa menjawab pertanyaan Ratish, Ratish pun ikut panik dan mengikuti pengasuh terebut masuk ke dalam.

Suara tangisan itu berasal dari anak yang sebelumnya ia lihat, saat Ratish ke dalam, Pengasuh tersebut mencoba menenangkan anak tersebut, namun anak tersebut tetap menangis. Ratish pun ikut mencoba menenangkan anak tersebut, anak tersebut langsung berhenti menangis lalu memeluk Ratish. Anak tersebut bernama Navid, Navid kemudian melepaskan pelukannya lalu berjalan berjinjit mengambil sebuah bola. Bola tersebut diberikan kepada Ratish, Navid menyebutkan kata tidak jelas dan berulang ulang, Ratish berpikir mungkin yang dimaksud Navid adalah “kakak”. Navid memegang tangan Ratish dan telunjuknya menunjukan arah taman. “Navid mengajak mas untuk bermain bola di taman” kata pengasuh kepada Ratish, Ratish pun bermain bola dengan Navid. Saat bermain, Ratish merasa ada sesuatu yang berbeda dari Navid dan anak anak lain seusianya. Navid berjalan berjinjit dan tangannya tidak berhenti digoyangkan, di usianya yang ke enam pun komunikasi Navid belum lancar dan kadang sulit untuk dipahami. Setelah beberapa jam bermain, kemudian datang seorang wanita yang melontarkan senyuman kepada Ratish, lalu menggendong Navid ke dalam rumah, digendongan wanita itu Navid menoleh ke belakang tersenyum kepada Ratish dan melambaikan tangannya. Sebelum pulang Ratish ingin sekali bertanya kepada pengasuh Navid, Ratish pun menghampiri pengasuh itu, tanpa Ratish bertanya pengasuh itu menjelaskan tentang Navid, bahwa perkembangan Navid tidak seperti anak lain seusianya. Walaupun wajahnya terlihat normal, tapi sebenarnya dia perlu perhatian dan penanganan yang berbeda, namun pengasuh tersebut tidak tahu apa nama kelainan yang ada dalam diri Navid. Saat berbincang dengan pengasuh tersebut datang seorang pria lalu masuk ke dalam rumah. “itu ayah Navid” jelas pengasuh. “ngomong ngomong mas ini siapa?” tanya pengasuh. “oh iya, maaf saya belum sempat memperkenalkan diri. Saya Ratish temannya Mentari”. “oh begitu, non Tari nya tidak ada di rumah mas, dia sedang sekolah”, tiba tiba terdengar suara kencang seperti ada dua orang yang sedang bertengkar, “itu mamah dan papahnya non Mentari, saya harus mengambil Navid dari nyonya”. Kemudian pengasuh tersebut pergi masuk ke dalam rumah, disusul dengan Ratish yang pergi meninggal rumah Mentari.

Saat di perjalanan pulang ke rumah Ratish memikirkan Navid dan memikirkan mamah dan papahnya Mentari yang terdengar sedang bertengkar, Ratish berpikir apakah hal hal yang ada dalam Navid dan orang tuanya yang membuat Mentari tidak memperbolehkan teman teman nya mengunjunginya rumahnya. Saat sampai di rumah Ratish langsung mencari informasi tentang Navid, dari ciri ciri yang ada pada Navid, ternyata itu sebuah kelainan genetik yang bernama Rett Syndrome atau Rett Disorder.

Keesokannya, di sekolah di tempat parkir Mentari menghampiri Ratish “kamu kemarin kenapa tidak sekolah? Waktu aku pulang sekolah aku melihat kamu berjalan dari arah rumah ku menuju ke rumah kamu” Ratish sangat kaget karena takut Mentari mengetahui bahwa dia mengunjungi rumahnya. “mbak yang ada di rumah bilang kalau ada teman aku yang ke rumah, itu kamu?” . “aduh, lupa bilang mbak kalau Mentari jangan sampai tahu” gumam Ratish “kenapa? Ada yang disembunyikan? Sekarang kamu sudah tahu kan semuanya tentang aku?” Mentari lalu pergi ke kelas. Ratish sangat merasa bersalah karena sudah mengetahui semua tentangnya bukan dari dirinya sendiri tapi lancang mengetahui dari orang lain, lalu Ratish menyusul Mentari ke kelas untuk meminta maaf, namun bel masuk terlanjur berdering. Saat istirahat Ratish ingin meminta maaf namun Mentari selalu dengan Rana yang membuat Ratish tidak punya kesempatan untuk bicara berdua. Sampai pulang pun Ratish belum sempat meminta maaf.

Mentari pulang seperti biasa dijemput supirnya, saat depan rumah, Mentari melihat Navid dan pengasuhnya akan pergi “Navid mau ke mana mbak?” “Navid dari tadi memanggil “kakak”, jadi mbak mau ajak Navid ke kakak yang kemarin” “maksud mbak Ratish?” “iya non, mamah dan papah sudah menunggu non di dalam”  Dalam hatinya Mentari tidak ingin membiarkan Navid mengunjungi rumah Ratish namun itu lebih baik dibanding Navid harus mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Mentari lalu menemui kedua orang tua nya di dalam rumah, tidak disangka di dalam rumah ada kakaknya yang tahun lalu pernah meninggalkan rumah karena tidak kuat dengan keadaan rumah, Mentari tahu kalau keberadaan kedua orang tua nya dan kakaknya dalam sebuah ruangan tidak lain akan ada sebuah pertengkaran yang menimbulkan ketidak tenangan. Mentari pun memutuskan untuk pergi dari rumah dan menuju rumah Ratish.

“Tar? Masuk” Ratish mempersilahkan Mentari masuk ke dalam rumahnya. “aku sedang bermain di taman belakang dengan Navid, kita ke sana saja yuk” ajak Ratish. Saat Navid dan Ratish bermain, Mentari duduk di sembuh kursi dengan mata yang berkaca kaca, lalu Ratish menghampiri Mentari dan bertanya mengapa, kemudian Mentari mulai menceritakan semuanya, Mentari merasa terharu melihat Navid tertawa sangat bahagia, Navid sangat jarang tertawa seperti saat bermain dengan Ratish, karena dia tidak mempunyai teman. Teman dia hanya Mentari dan orang tuanya, terkadang saat tertawa pasti selalu ada yang membuat dia menangis karena orang tuanya bertengkar secara tiba tiba. Air mata Mentari tak terbendung lagi, mungkin Mentari baru menceritakan semuanya hanya kepada Ratish, kemudian Ratish mencoba menegarkan Mentari dengan mengusap pundaknya. Lalu Mentari menceritakan kembali tentang kedua orang tuanya yang sangat terobsesi akan karirnya sehingga waktu kebersamaan dengan pasangannya sangat kurang yang menyebabkan mereka sering bertengkar, dan pertengkaran mereka membuat kakak Mentari pergi dari rumah dan menjadi anak yang liar. tak terasa matahari pergi dari langit, Mentari pulang ke rumah diantar Ratish, Ratish ikut masuk ke dalam rumah karena menggendong Navid yang tertidur kelelahan. Di dalam rumah Ratish bertemu dengan ayah Mentari, ayah Mentari mengucapkan terima kasih “kamu Ratish yang di ceritakan mbak, yang selalu membuat Navid tersenyum saat main? Terima kasih banyak ya”. Mentari hanya tersenyum melihat ayahnya berbincang dengan Ratish lalu ia pergi ke kamar. Saat berbincang ayahnya Mentari, Ratish memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta izin agar Mentari diperbolehkan mengikuti acara di Puncak, tanpa disangka ayahnya memberikan izin tersebut “boleh saja, saya titip Mentari sama kamu ya”. Ratish berpamitan dan pulang dengan hati sangat bahagia.

Pagi di kelas, pembelajaran telah dimulai namun Ratish dan Mentari belum datang, tiba tiba Ratish dan Mentari datang bersamaan dengan wajah ceria, wajah yang jarang sekali terlihat dari sosok Mentari. “kenapa bisa bareng dengan Ratish?” tanya Rana kepada Mentari “semalam Ratish minta berangkat bareng, tapi dia jemput aku telat” Mentari bercerita dengan senyuman dan wajah yang cerah “benar? Aku senang lihat kamu ceria” “hari ini adik aku ulang tahun, mamah aku ingin bertemu dengan teman teman anaknya” “jadi kita boleh ke rumah kamu Tar?” “iya” Rana memeluk hangat Mentari. Karena pembelajaran sedang berlangsung, semua teman temannya melihat Rana dan Mentari yang berpelukan, lalu Mentari melihat Ratish yang tengah melontarkan senyuman kepadanya.

Di sela sela pergantian pembelajaran Ratish berdiri di depan kelas dan mengumumkan bahwa Mentari di izinkan orang tuanya untuk mengikuti acara di puncak, semua teman kelasnya bersorak ceria karena ini adalah kali pertama dan terakhir sebuah acara di sekolah di ikuti kelas mereka dengan anggota yang lengkap.

Puncak, Jawa Barat. “Sekarang Mentari kembali Bersinar” Ratish menoleh ke arah Mentari lalu melontarkan senyuman. Senyuman Ratish semakin membuat Mentari bersinar.




Rabu, 10 September 2014

Pemimpin Ngeri

Caci, Maki, Kritik
Keluar dari mulut kalian
Hinaan, Hujatan, dan Sindiran
Menjadi luapan emosi karena pemimpin tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dicaci, dimaki, dikritik
Seakan menjadi salah satu syarat
Untuk menjadi pemimpin negeri ini
Dihina, dihujat, dan disindir
Akan menjadi lauk pauk sarapan pagi bagi pemimpin yang gagal mencapai visi.

Menghampiri, kalian anggap mencari simpati
Berdiam diri, kalian anggap tak berempati
Mencaci, memaki, mengkritik dengan busung dada kalian katakan, agar pemimpin tahu bahwa dia tak pantas memimpin
Seakan kalianlah yang pantas memimpin
Menghina, menghujatan, dan menyindir. Dengan kesombongan kalian katakan, agar pemimpin tahu bahwa dia salah dan gagal.

Menganggap tak bersimpati
Menganggap tak berempati
Kalian tertawa dan berkata
"ini kebebasan berpendapat, ini hak kami di negara demokrasi"
Anehnya, kalian tak pernah berusaha untuk ikut membangun negeri ini atau sekedar bangga dengan negeri sendiri.

Untuk aku, kalian dan mereka yang selalu mencaci, memaki, mengkritik, menghina, menghujat, menyindir, menganggap tak bersimpati dan menganggap tak berempati kepada pemimipin kita,
Yakinilah.... Pemimpin kita tetap akan menjadi bagian dari sejarah negeri kita. Indonesia Tercinta

Senin, 26 Mei 2014

Tanyakan saja...

Banyak hal yang menjadi pertanyaan mengapa semua ini bisa terjadi, mengapa semua ini akhirnya hanya menjadi beban, mengapa semua ini hanya membuat kita tak seperti biasanya... Tak mudah untuk menjawab semua ini, jika yang dipertanyakan hanyalah hal yang tidak membuat kita berdua nyaman. Coba tanyakan, mengapa kita bisa tersenyum gembira dipagi hari setalah memimpikan hal indah tentang kita, mengapa jantung seketika berdebar lebih kencang saat dua bola mata kita bertemu, mengapa seketika mulut kita terasa terkunci saat satu sama lain dari kita memperhatikan mulut yang berbicara dan hanya tersenyum. Dan kamu menjawab ini cinta. Dan aku rasa begitu. Lalu apa yang dapat menjawab semua pertanyaan awal... Aku tahu apa yang akan kamu katakan. Aku pun menyadari hal tersebut.

Kamis, 24 April 2014

Berbicara

Ketika dua pasang bola mata bertemu dalam kesunyian mereka saling membaca untuk mengartikan tatapan, mereka berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan dalam memahami.

Hati membantu mereka untuk membaca, tapi bibir membuat hati marah karena selalu mengucapkan hal yang tidak di kehendaki hati.

Dua pasang bola mengartikan YA. Perasaan pun mengatakan YA dengan penuh kata tapi.

Tapi pikiran dengan rasionalnya mengatakan TIDAK, Karena banyak hal. Bibir yang tertekan untuk memutuskan secara cepat lalu mengucapkan hal yang menurut pikiran baik untuk mereka dan sekaligus membuat hati kecewa karena telah memberikan kepercayaan kepada bibir.

Selasa, 15 April 2014

Let's Together


Aku ada dengan kejenuhan dan Dia datang tanpa diharapkan. Kita sempat bersama tanpa suara. Lalu aku pergi meninggalkannya. dalam setiap langkah untuk meninggalkannya aku selalu menoleh ke belakang berharap dia menyapa, namun tidak.

Di sudut rumah aku masih membayangkan wajahnya.. dalam bayangku wajahnya tanpa senyuman. Entah hal apa hingga akhirnya aku membayangkan dia dan berharap tahu siapa dia.

Keesokan harinya, senja menjelang malam aku pergi ke taman dimana aku berjumpa dengan dia kemarin. Berniat hanya untuk melepas kejenuhan, disana aku bertemu lagi dengan dia tengah duduk di gazebo dengan wajah serius pada layar laptop putihnya. Aku mengabaikannya..

Taman sore ini sangatlah ramai, entah apa yang dibicarakan banyak orang disini yang jelas suasana sangat bising. Senja yang awalnya cerah berubah dengan cepat menjadi mendung. Semua orang mencari tempat untuk berteduh. Aku yang asyik perhatikan orang orang sekitar mulai merasakan dinginnya tetesan air hujan, melihat di sekeliling tak ada lagi tempat untuk aku berteduh dan aku memutuskan pulang kerumah.

Saat langkah pertama, pandangan ku tertuju pada satu tempat dimana dia sedang fokus dengan laptopnya, dia pun memandang aku dengan tajam seolah pandangannya yang tajam itu memberikan isyarat untuk aku duduk di depannya yang dengan kebetulan ada sebuah kursi kosong.

Aku menghampiri dia lalu aku meminta izin untuk duduk di belakang laptopnya, saat aku meminta izin dia hanya melirikkan matanya ke arah aku dan menganggukan kepalanya. Entah kenapa taman yang awalnya bising dan ramai saat itu menjadi sepi dan orang orang mulai meninggalkan tempat berteduh mereka untuk pulang padahal saat itu hujan masih sangat besar. Suasana sepi ini membuat aku canggung, dia tidak memulai pembicaraan apapun atau sekedar memberikan senyuman manis pada orang didepan nya. Begitu pun dengan aku yang malu memulai percakapan.

Aku mulai kedinginan, lalu aku melihat dia mengambil sebuah jaket dari tasnya. Awalnya aku kira dia akan memberikannya padaku, ternyata dia pun kedinginan dan memakai jaketnya sendiri. Sore yang sangat menyebalkan dan aku merasa diri ini patung. Kumandang adzan pun terdengar dari masjid taman ini. Dia mulai menutup laptopnya dan memasukannya kedalam tas hitamnya. Lalu berdiri dan siap berlari menembus hujan untuk pergi ke masjid.. Namun langkahnya terbendung karena melihat aku yang seorang perempuan duduk di gazebo sendiri di hari yang akan gelap. Dia menatapku dan aku bertanya tanya. Lalu dia mulai bicara
"aku mau pergi ke masjid" tanya dia dengan suara tegasnya
"hah?" aku sedikit memasang wajah tanya yang bodoh
"mau ikut ke masjid juga?"
"oh, tidak. Aku sedang dalam periode"
"sendiri di tempat gelap ini?"
Awalnya tidak mengerti apa maksud dia, tapi setelah dia berlari menuju masjid aku baru mengerti.apa maksud dia. Mungkin maksudnya dia khawatir. Lalu aku mengejar dia dan sesampainya di masjid aku hanya duduk dan melihat dia shalat selesai dia shalat dia berdo'a dan terlihat sangat khusu. Selesai berdo'a dia menghampiri aku dan bertanya "hujan nya sudah reda dari tadi, kenapa tidak pulang" dia terkesan mengusir. dengan wajah bertanya dan sedikit bodoh lagi aku menjawab "nunggu kamu, aku takut hehe". Dia pun pergi keluar dan aku merasa sedih ditinggalkan di sebuag masjid seorang diri malam hari.

Sesaat dia pergi, dia muncul kembali di hadapanku mengajak ku pulang "kenapa masih disini, cepat pulang denganku" lagi lagi tidak mengerti dengan nada bicara dia yang membuat aku takut, tapi dia baik. Dibalik penampilan sederhananya ternyata dia mengantarkanku dengan mobil mewahnya. Di dalam mobil aku bertanya tentang namanya, ternyata dia bernama Emir.

Emir memberhentikan mobilnya tepat didepan rumah aku tanpa aku beri tahu alamatku sebelumnya. "dimana kamu tahu rumah aku?" "cepat keluar" akupun keluar mobil kebingungan. Setelah depan pintu rumah aku baru ingat belum bilang terimakasih, ternyata emir masih ada depan rumah aku. "Mir, makasih ya" aku berteriak. Emir membuka kaca mobilnya lalu berteriak juga "sama sama Rik, rumah aku samping rumah kamu"

Kenapa dia tahu rumah aku? Kenapa dia tahu nama aku? Padahal tadi dia tidak menanyakannya. Jawabannya karena rumah dia sangat dekat dengan rumah ku, anehnya aku tidak tahu kalau aku punya tetangga dia. Mungkin karena aku jarang keluar. Tapi sampai saat ini aku belum tahu tepat rumahnya yang mana. Samping atau depan atau depannya samping aku.  "Rik, makan dulu sini" bunda manggil aku, ini kesempatan untuk cari tahu tentang dia. Karena bunda kenal sama semua tetangga.

Di meja makan, sambil menanyakan tentang Emir.
"bun, bunda tahu yang namanya Emir"
"Emir... Yang tadi nganterin kamu? Ya belum tahu. Kan belum kamu kenalin"
"loh, dia kan rumah nya dekat kita bun"
"iya? Kenapa bunda bisa tidak tahu ya"
"tapi dia tahu nama aku bun"
"ya bagus nak, sekarang habiskan dulu makanannya"
"tapi di depan sama samping rumah kita tidak ada tetangga baru kan?"
"tidak.. Tadi kan bunda baru selesai arisan sama tetangga"

ternyata buda pun tidak tahu tentang Emir, aku semakin penasaran. Lalu aku pergi ke balkon kamar tidur. Melihat sekeliling rumah tetangga berharap ada mobil yang di pakai Emir terparkir di depan salah satu rumah tetangga. Mobil Emir memang tak terparkir di salah satu rumah tapi melewati rumah aku yang tak tahu munculnya dari rumah mana dan berarah ke taman saat tadi kita berjumpa. Menunggu hingga mata terpejam dibawah bintang bintang, mobil yang di pakai Emir tadi sore tidak kunjung melewati rumah aku lagi. Hingga akhirnya masuk kedalam kamar dan tertidur lelap.

selasa, 06.30 hari ini aku terlambat bangun mungkin karena semalam aku tidur terlalu malam. Meskipun terlambat bangun aku menyempatkan diri ke balkon untuk melihat mobil mobil yang terparkir, tapi tidak ada mobil Emir.
"bun aku berangkat" aku berteriak karena bunda sedang di kamar mandi
"bentar nak, ibu baru tahu tentang eu eu eu..."
"tentang apa bunda? nanti saja aku terlambat"

semester 4 ini harusnya aku sudah mulai disiplin, apalagi satu tahun lagi aku akan menghadapi UN. Harusnya tak ada lagi kata terlambat ke sekolah. Tapi tetap saja aku ulangi. Sampai dikelas teman sebangku ku Jeje bertanya "terlambat lagi, kenapa Rik?" "hehehe aku tidur larut malam, bangun terlambat"
"alasan standar"
"eh, nanti ke taman di komplek rumahku yuk"
"mau apa?"
"pokoknya ikut"

Hari ini terasa lama, suasana disekolah sangat membosankan, dengan teman yang mejengkelkan dan guru yang menjenuhkan. Sampai lah pada waktunya aku pulang. Aku dan Jeje langsung pulang dan menuju taman di komplek ku berharap bertemu Emir.

"kita disini mau apa Rik"
"sebentar" aku menjawab pertanyaan jeje dengan mata mencari Emir di sekeliling taman. Di gazebo pun tidak ada, aku pergi ke masjid Emir pun tidak ada. Setelah beberapa jam ditaman akupun mengajak Jeje untuk pulang.

"bun, Rika pulang"
"Rikaaaa....." ibu keluar dari kamar sambil berteriak
"kenapa bun? ada apa?"
"bunda tahu tentang Emir"
aku kaget "apa yang bunda tahu?"
Bunda pun mulai bercerita "kamu tahu bu Indah yang rumahnya samping kita kan? Yang dirumahnya hanya dia, tapi terkadang ada nenek nenek. Ternyata dia itu janda satu anak. Kamu tahu siapa anaknya?"
"Emir bun?"
"iya benar. Emir sudah ada dirumah itu semenjak seminggu yang lalu. Setelah sebelumnya Emir di Austria dengan Ayahnya, terus katanya ayahnya Emir sekarang akan tinggal di Amerika sementara Emir tidak mau disana maka dari itu Emir pindah ke Indonesia dengan ibunya"
"bunda tahu dari mana?"
"tadi shubuh sebelum kamu bangun bu Indah, Emir sama neneknya kerumah bunda untuk menitipkan rumah sama jagain neneknya Emir. lalu neneknya Emir cerita semuanya tentang bu Indah setelah Bu Indah dan Emir pergi untuk berlibur"
"Emir kerumah kita bun"
"iya"
"menanyakan aku?"
"tidak"
"hmm... Kemana Emir dan ibunya berlibur"
"tidak tahu, yang ibu tahu mereka berlibur satu minggu"

Aku heran dengan diri aku sendiri, aku sangat merasa sudah dekat dengan Emir. Dan setelah mendengar cerita dari bunda aku semakin penasaran dan ingin langsung berada di waktu seminggu yang akan datang.

Selama seminggu ini aku berharap Emir menghubungi nomor bunda lewat handphone mama nya untuk menanyakan kabar aku. Tapi lagi lagi itu hanya sebuah harapan. Aku sendiri punya nomor mamanya dan bisa saja aku menghubungi mamanya untuk menanyakan Emir, tapi hati rasa malu. "Rika, kebawah nak. Temui bunda" bunda memanggil aku dari lantai bawah. Akupun menghampiri mama, dan sangat mengaggetkan ternyata bunda duduk dengan bu Indah dan Emir.

Aku duduk dengan mereka.
"kalian pasti sudah kenal, tante pernah ceritakan kamu ke Emir, dan katanya kalian berdua pernah bertemu di taman ya" bu indah mulai mengawali pembicaraan
"betul tan"
"oh Mir, bawakan oleh oleh untuk Rika dan bundanya di rumah" bersamaan dengan keluarnya Emir dari rumah, aku pergi kembali ke kamar dengan perasaan yang bahagia.

Malam hari Emir memulai percakapan lewat pesan singkat
"Rik, ini aku Emir"
Aku membacanya dengan gembira, karena hal ini yang aku tunggu.
Tanpa menunggu lama aku langsung menjawabnya
Rika : "iya Mir, ada apa?"
Emir : " mama minta kamu temenin aku ke minimarket"
Rika : "yakin mama kamu yang minta?"
Emir : " harus mau. Aku jemput kamu dalam 2 menit"
Mungkin Emir orangnya seperti itu,selalu langsung pada intinya tanpa mau bahas hal yang bersifat candaan. Lalu aku berlari keluar menemui Emir.

Aku berdua dengan Emir dibawah gelapnya malam.
"dimana mobil kamu"
"kata mama jalan kaki saja"
"jalan kaki? Tapi Mir kenapa kamu gak pergi sendiri aja"
"aku baru disini, jadi mana aku tahu minimarket disini. Lagian sekalian buat beli obat mama"
"mama kami sakit?"
"kalau tidak sakit pasti mama gak akan minta aku untuk pergi ke minimarket.. Kamu banyak nanya. Ayo kita jalan"
sepanjang perjalanan aku bertanya tentang Emir, Emir sudah sedikit ramah dan mulai bercerita panjang lebar tentang dia sendiri, Emir bilang "3 tahun lalu waktu masih di jogja papa aku diharuskan pindah bekerja ke Austria, papa minta aku dan mama untuk ikut pindah. Namun mama enggan meninggalkan pekerjaannya dan dalam waktu bersamaan mama juga diharuskan untuk pindah bekerja ke jakarta, mama sangat cinta dengan pekerjaannya begitupun papa yang harus bertanggung jawab atas pekerjaannya, antara mama dan papa tidak ada yang mau mengalah dan melepaskan pekerjaan. Mereka sempat bertengkar hebat karena hal yang menurut aku sepele sampai akhirnya mereka bercerai. Mama mengajak ku pindah ke jakarta namun aku memilih untuk pergi ke Austria dengan papa, eh itu kan mini marketnya" Emir menunjuk mini market. "iya"
kita pun masuk kedalam mini market. Setelah semua barang yang harus dibeli sudah dibayar, kita pulang dan di perjalanan pulang aku menanyakan lagi semua tentang dia, "oh begitu, kenapa sekarang kamu pindah ke jakarta?" "iya begitu, tapi mama sama papa masih terlihat sangat.harmonis, sering kali saat di Austria aku melihat papa sedang berbincang dengan mama lewat video call. dan aku dijakarta mungkin hanya untuk sementara, karena disini aku belum menemukan kampus yang cocok untuk malanjutkan kuliah"
"kuliah? Maaf. Aku tidak tahu, harusnya aku panggil kakak. Sekarang semester berapa kak?"
aku merasa canggung ketika tahu bahwa Emir sudah kuliah dan mengharuskan aku untuk memanggik kakak.
"sekarang aku baru mau lanjut semester 3, itu artinya 2 tahun lebih tua dari kamu. Dan sudah seharusnya kamu panggil aku kakak. Tapi memang wajah aku jauh lebih muda dari kamu hahaha" saat suasana mulai mencair tak terasa aku sudah ada depan rumah, kita pun masuk kedalam rumah masing masing.

Pagi hari yang sangat cerah, hari ini aku diantar kak Emir pergi ke sekolah. Dan setelah pulang sekolah kak Emir berjanji menjemput aku dan akan mengajakku ke taman komplek saat pertama kali kita berjumpa.

Bel pulang pun berdering. Aku menunggu kak Emir di gerbang sekolah hingga sore, aku yakin kak Emir tidak akan ingkar janji. Satpam disekolah sudah meminta aku untuk segera pulang, aku pun pulang berjalan kaki sambil mencari taxi. Bukan kebetulan ternyata bunda menjemput aku, setelah masuk mobil bunda bercerita tentang kak Emir yang gabisa jemput aku karena dia sudah pergi ke Amerika dengan mamahnya yang sekarang sudah melepas pekerjaannya. Dan bunda bilang mungkin mama dan papa nya akan kembali rujuk dan hidup bahagia bersama Emir di Amerika.  saat bunda menceritakan itu aku sangat sedih dan aku heran kenapa kak Emir tidak menghubungi aku sekedar mengucap kata pamit. Setelah sampai dirumah aku melihat rumah kak Emir yang tampak kosong dan sepi.

Saat aku dikamar, bunda memberikan nomor kak Emir yang bisa aku hubungi. Kata bunda, Emir tadi pergi secara mendadak karena dijemput papahnya. Walaupun terburu buru kak Emir masih sempat berpamitan dengan bunda dan memberikan nomor ini kepada bunda. Aku langsung menghubungi kak Emir namun nomornya tidak aktif, aku mencoba menghibunginya lewat pesab singkat "kak.. Hati-hati di perjalanan" namun tak ada jawaban juga.

Setelah 3 hari kak Emir baru membalas pesan singkatnya "aku sudah sampai dengan selamat sejak 2 hari yang lalu, maaf aku tidak berpamitan dan tidak sempat menjemput kamu lalu membiarkan kamu menunggu. Setelah kamu menunggu di gerbang aku membuatmu menunggu balasan pesan singkat. Aku baru sempat mengaktifkan.handphone karena sebelumnya aku sibuk membereskan tempat tinggal baru ku ini, sekarang aku sudah menemukan kampus yang cocok. Aku sudah tidak tinggal berdua dengan papa saja atau mama saja, sekarang kami bertiga. Aku akan rindu kamu Rik"

Tak percuma menunggu 3 hari balasan dari dia, saat ini dia bukan lagi orang yang dingin seperti pertama kali aku bertemi. Komunikasi diantara kita sangat berjalan dengan baik. Walaupun tidak setiap hari minimal dalam seminggu kita saling bertukar kabar.

Kak Emir berjanji setelah lulus kuliah dia akan kembali ke Jakarta, dan aku satu tahun lagi lulus SMA. Setelah lulus aku ingin sekali kuliah disana dengan kak Emir.

Aku dan kak Emir tidak pernah membuat status hubungan, aku sempat menanyakannya, karena aku kahawatir. Entah kekhawatiran berbentuk apa. Namun kak Emir selalu enggan membahas hal tersebut. Kak Emir selalu bilang kebersamaan tidak harus dengan sebuah status, kebersamaan pun tak dihalangi dengan jarak.

Entah berapa ribu pesan singkat berbentuk perhatian yang aku simpan dari kak Emir.



Sabtu, 08 Maret 2014

Costume Festival (2/3/14)

XI IPS 2.
kita sering manggil kelas kita sendiri dengan sebutan FOSTER. dan disini aku gak perlu ngejelasin singkatannya, siapa yang bikin nama ini, sejarahya bagaimana, terus kenapa kita milih nama itu, kan? lagian gak banyak orang yang pengen tahu juga kali ya..

tanggal 2 maret 2014 kemarin sekolah tercinta kita SMA Negeri 3 kota sukabumi mengadakan Partie ke XIV dengan tema "Bring Culture to the Future" di acara ini setiap kelas diwajibkan untuk menampilkan pakaian dengan akulturasi kebudayaan. tidak hanya itu, partie tahun ini sangat kental akan sosial. kenapa? karena pada partie kali ini peserta, pengunjung, pengisi acara ataupun tamu udangan tidak hanya merasa terhibur oleh penampilan setiap kelas dan juga pengisi acara lainnya. tetapi setiap orang yang saat itu berada di lingkungan SMAN 3 dapat sedikit melaksanakan tanggung jawab sosialnya salah satunya membantu sesama terutama untuk korban bencana, dengan menyumbangkan sebagian rezeki kita. pihak panitia menamainya&nbsp #DariSukabumiUntukIndonesia . semua sumbangan akan diberikan pada korban bencana. singkatnya seperti itu, jika kalian ingin tahu lebih lanjut bisa datang ke sekolah kita dan menanyakan semuanya ke pihak panitia.  atau datang aja ke partie xv tahun depan.

yaaa.... sebenarnya kali ini aku bakal ngasih tahu bagaimana kita (FOSTER) bisa tampil maksimal dan sangat percaya diri. itu menurut kita ya, kalian boleh komen apa aja.

tanggal 25 februari kita mulai membicarakan tentang tema apa yang nantinya bakal kita pakai, pembicaraan itu berlangsung sangat santai dirumah teman kita yang bernama Tasya. setelah beberapa jam akhirnya kita menemukan tema dan konsep,  temanya adalah "indianesia= indian + dayak" dan yang ditunjuk oleh kelas sebagai pengrusus dan  penanggung jawab yaitu Lulu dan Rahmiati mulai membuat baju dari kain yang sebelumnya mereka beli. berhubung pada hari itu tidak semua anak kelas datang kerumah Tasya, hari berikutnya kita berlatih tarian dan cara ber-pose di sekolah, tepatnya di  kelas kita  yang sangat jauh dari gerbang sekolah.

singkat cerita, hari jumat tanggal 28 februari. H-2 acara kita sudah mempersiapkan tarian.
ini diambil dari kamera handphone jadul

Ilva Kaifa. yang dengan sabar melatih kita semua agar  
bisa menari dan ber-pose dengan baik (agak lebay)


tarian sudah selesai, semua sudah bisa ber-pose dengan baik. kostum? yaaa kita kembali harus mempersiapkan pakaian kita. hari sabtu H-1 tanpa ada kejenuhan dan kemalasan semua anak kelas sibuk menghias pakaiannya masin-masing.


anak kecil itu bukan termasuk murid XI IPS 2

anak cowok pun menghias pakaiannya sendiri

Umi, panggilan untuk Reni. sedang menjahit. 

Tarian, cara ber-pose semuanya hanya dari 38 kepala, tidak menyewa penari. pakaian terbuat hanya dari 38 pasang tangan, tidak perlu designer. kita benar-benar melakukannya sendiri dan yang terpenting tidak menghabiskan banyak uang. pakaian sudah dijahit dah dihiasi, mari kita coba

Syifa (popoy) : "bagus ga yak? cukup gak ya?"

Hari sabtu 1 maret 2014 sementara kelas lain masih sibuk dan harus pulang larut malam. kita (FOSTER) 17.30 sudah meninggalkan kelas.dan ini penampilan kita 2 maret 2014, 

                                      

                                      

kalian bisa liat penampilan kita disini. sekali lagi, percaya diri itu penting dan mandiri lebih penting. jangan lupa like ya hehe komen kritik boleh asal jangan hujat. share juga boleh, boleh banget malah.

eh iyaa.. hari senin 10 maret kita tampil untuk
 pembukaan FLS2N di lapang merdeka kota sukabumi.

kalian pasti nanya, kita menang atau engga? jawabnya..
bagi juri mungkin kita hanya 10 besar.
tapi bagi kita, kita adalah FOSTER. muehehehe

selanjutnya, aku bakal tulis tentang tema kita dan Costume Festival tahun lalu 17 februari 2013.






Kamis, 06 Maret 2014

(masih) diam

tak ada yang tahu datangnya sebuah rasa
tak ada yang tahu apa yang sedang dirasa

tak pernah aku menghiraukan datangnya sebuah rasa
tak pernah aku mengetahui apa yang aku rasa

belum, kata yang tepat.

tak ada yang tahu mengapa rasa itu datang
tak ada yang tahu mengapa rasa itu datang darinya

tak ada yang bisa membendung sebuah rasa
tak ada yang bisa memberikan sebuah kenyamanan kecuali dia tahu rasa ini.

tapi, diam adalah solusi terbaik. 

Jumat, 24 Januari 2014

Anugerah Terindah yang Pernah Ku Miliki

Melihat hal yang begitu indah darinya, mendengar hal menarik dari
mulutnya, aku terpesona.

melihat dia yang bahagia, mendengar cerita menyenangkan tentangnya.
Apakah aku tega merusak semua kebahagian dia? Aku tak begitu.

Jika semua yang dirasa adalah anugerah, seperti inilah aku menikmati
anugerah dariMu. Dengan diam, agar anugerah yang Kau berikan tidak
pernah menyakiti orang lain.

Sampaikan.