selamat datang

Senin, 24 Desember 2018

Warna 2018

2018 memberikan banyak pengalaman buatku, pengalaman baru yang benar-benar belum aku alami sebelumnya.

Awal 2018 memberikan cerita yang menyenangkan, membuatku bahagia dengan pengalaman baruku itu. Aku bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai latar belakang, orang-orang dengan banyak sisi positif, aku belajar banyak hal, wawasanku juga sedikit melebar. Awal 2018 tersebut aku bertemu dengan orang-orang dibalik uang bulanan tambahanku a.k.a pengurus yayasan Karya Salemba Empat dan Perusahaan Gas Negara yang menjadi faktor pendukung kesejahteraanku sebagai mahasiswa kost, bertemu mereka mengajarkanku tentang artinya memberi dan berbagi, tentang artinya berusaha dan berjuang. Disana aku banyak mendengar kisah inspiratif dari para founder dan teman-teman dari puluhan perguruan tinggi negeri, tidak jarang air mata menetes karena rasa kagum ku terhadap mereka namun juga tetesan air mata itu karena aku iri, aku belum ada dititik sebagai orang yang dapat menginspirasi dan mungkin karena aku belum banyak berusaha, berjuang atau melewati ujian seperti ujian yang telah dilewati mereka. Terlepas dari capaianku yang tidak sebanyak orang-orang yang baru aku ketemui, aku tetap merasa bangga karena dapat berkumpul dengan mereka, membantuku untuk tetap mengembangkan potens diri.

Awal 2018 aku masih disibukkan dengan dua oganisasi, walaupun sibuk tapi hal tersebut menjadi pelampiasanku ketika mumet dengan segudang tugas yang mengharuskanku mengerjakan berpuluh-puluh halaman karya tulis ilmiah dalam waktu seminggu, lagi-lagi di organisasi aku merasa dapat mengembangkan diri, tidak lupa organisasi pun menyediakan segudang haha-hihi untuk sesaat berguna melupakan tugas kuliah. Di awal 2018 ini aku tidak mendapatkan masalah yang berarti, keluarga, akademik dan pertemanan berjalan begitu mulus sama seperti 20 tahun kebelakang, semua berada dijalurnya masing-masing. Sampai pada akhirnya, masih di awal 2018, sekitar bulan 3 aku memutuskan untuk mendapatkan pengalaman baru, pengalaman yang selama ini aku hindari, yakni menjalin hubungan personal yang intens dengan lawan jenis. Pengalaman ini aku hindari karena tidak jarang aku melihat teman dekatku menangis tersedu dan marah memerah ketika menjalaninya, maka dalam pikirku aku tidak usah masuk pada pengalaman seperti itu. Namun rasa penasaran dengan sedikit faktor penarik darinya membuatku memutuskan untuk memulainya, tidak disangka hal tersebut memberikan kebahagiaan, dengan sedikit jengkel yang manja. Lambat laun keputusanku untuk dekat dengan pria mengubah kebiasaan, dan aku menerimanya karena merasa tidak ada yang dirugikan dan aku masih dalam keadaan bahagia.

Kebahagiaan di 2018 mungkin dapat dikatakan berhenti di bulan ke enam, aku dihadapkan dengan depresi karena tugas akademik dan organisasi, ditambah dengan kenyataan bahwa orang yang aku pilih untuk mengarungi pengalaman baru dalam berhubungan intens bukanlah orang yang tepat, beberapa kali berpikir seperti itu namun akhirnya hubungan tetap berjalan sampai akhir tahun dengan penuh gerah hati.  Di agustus 2018 Tuhan memberikan kebahagiaan lagi, aku dipertemukan lagi dengan orang-orang yang hebat, aku diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial di kota orang, setidaknya aku merasa bahwa hidupku tidak sia-sia. Di bulan ke 8 ini aku berusaha agar hidupku berguna dengan mengikuti beberapa perlombaan, namun belum berhasil lolos. Kemudian bulan-bulan selanjutnya aku semakin yakin bahwa aku membuang waktu sia-sia, tidak ada satupun target yang dapat aku capai. Masalah seakan datang bertubi, krikil menaburi perjalanan skripsiku, kecemasan dan kepanikan merupakan hal biasa yang aku alami setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Bulan-bulan terakhir di tahun 2018 penuh dengan rasa kecewa dan sedih, tidak jarang dibanjiri dengan air mata. Selalu berharap emotional support dari orang yang salah dan akhirnya kecewa, namun dari semua kekecewaan dan kesedihan memberikan aku jawaban bahwa pada akhirnya aku harus berserah pada Tuhan.

2018 memberikan banyak pelajaran, terutama tentang artinya berpasrah dan melepaskan sesuatu yang tidak dapat kita kontrol, kemudian kembali ke Tuhan menjadi salah satu sumber ketenangan untukku.

Terima kasih orang-orang di 2018.. mama bapak dan keluarga tempat aku menangis akhir-akhir ini, terima kasih untuk selalu mendengar. Sahabat aku di nangor umi Resa dan Restu yang menenangkan, Safa teman kost yang menemani aku hingga menjadi saksi aku menangis (sebelumnya aku belum pernah menangis depan orang lain). Grup line the Deviance (alni, cikal, uji, fatiya, dita) yang memberikan segudang haha hihi dikala sebenernya aku sedang sedih namun gengsi untuk bercerita. Grup WA Lalala (Yeni, Putri, Yuniar) sahabat yang menemaniku di Sukabumi, dan tidak lupa Adriana!. Kemudian kamu, orang yang aku pilih untuk menemaniku memulai pengalam baru, ternyata denganmu aku tersadar bahwa aku guoblokk hahaha aku tidak se-rasional seperti teman-temanku bilang, tapi tenang semua sudah berlalu, 10 bulan di 2018 hati dan pikiranku dipenuhi nano nano tentangmu, sekarang aku sudah berdamai dengan masa lalu sehingga bisa nulis seperti ini.

terima kasih 2018!! aku diberikan kebahgiaan dan segudang ujian, yakin semuanya memiliki makna yang baik dan semoga membuatku semakin dewasa.

 


-- 

Minggu, 09 Desember 2018

Rasa Sakit

Tuhan,
Kau maha tahu segala perasaan hambaMu ini
Kau tahu seberapa sakit hati ini
Kau juga tentu tahu bahwa ini kali pertama aku merasakannya, dulu Kau tidak memberikan ini kepadaku.

Tuhan,
Tentu aku tahu bahwa semua perasaan ini adalah kehendakMu, namun boleh kah aku mengakhiri keadaan ini untuk secepatnya?
Aku takut keadaan ini hanya membuat kebencianku memuncak akan diriku sendiri karena dulu telah memilih keputusan yang salah.
Aku takut akan membenci orang yang sebelumnya terlibat, yang aku pikir dirinya lah penyebab munculnya rasa sakit ini.

Tuhan.. biarkan aku ikhlas dan mohon izinkan aku untuk menyerah saja.

Tuhan, tentu Kau tahu bahwa aku sering menangis karena sakit ini, begitu pun saat menulis ini, tidak kuat rasanya harus menghadapi hal ini kedepannya, tidak kuat bila harus mengingat apa yang membuatku sakit.

Ini baru untukku, mohon, tolong biarkan aku menjalani hidup seperti sebelum rasa sakit ini muncul.

Tuhan.. mohon izinkan aku untuk menyerah saja.

Minggu, 02 Desember 2018

Terpaksa Menyepakati

Keputusanmu bukan sebuah masalah, aku tak menghindari keputusan itu. Tapi lebih parah dari itu, aku menghindari diriku sendiri. Aku yang selalu bebas berpikir mulai mencoba memberikan batas pada pikiranku sendiri. Memberikan batas agar aku tidak memikirkan keputusanmu yang terpaksa aku sepakati.

_________
Bagaimanapun caraku menyembuhkan luka, satu hal yang selalu terngiang dari pikir burukku adalah membuatmu juga terluka, membuat orang terkasihmu ikut terluka. Namun pada akhirnya laku ku tidak sampai sana, bagaimanapun caraku menyembuhkan luka, selalu berharap semoga tak ada hati lain yang ikut terluka.

Jumat, 09 November 2018

Tidak ada akhir yang baik untuk awal yang salah.

Sebelumnya, aku hanya bercerita soal perkuliahanku. Sebelumnya, aku hanya bicara tentang peranku di organisasi dan bagaimana lucunya teman-temanku. Sebelumnya, aku hanya mengungkapkan khayalanku tentang sosok pria yang mungkin akan banyak menghabiskan waktu untuk menemaniku. Namun sore itu berbeda, entah apa awal perbincangan kami hingga akhirnya menggiringku untuk bercerita tentangmu. Di depan orang tuaku, untuk pertama kalinya aku berbicara tentang pria yang aku suka. Belum pernah sebelumnya aku berbicara hal pribadi, dan memang sebelumnya belum pernah ada pria yang benar-benar aku suka sampai harus aku ceritakan kepada orang tua ku.

Namun sangat disayangkan pada saat itu aku hanya bercerita tentang apa yang telah kita lewati, aku menceritakan bagaimana bahagianya aku pada saat masih bersamamu. Aku memang berada dalam posisi sedih, ditinggalkan, orang tuaku pun tau hal tersebut. Tetapi pada saat itu aku mencoba memberitahu orang tuaku bahwa anaknya pernah sangat bahagia karenamu, tidak peduli yang kamu lakukan terhadapku adalah bohong, terpaksa atau apapun, yang pasti kebahagiaan saat itu adalah nyata. Oh iya, saking aku terlihat bahagia saat menceritakan semua hal yang terjadi pada waktu dulu, hal itu sampai membuat orang tuaku penasaran tentang bagaimana rupamu, dan tanpa berpikir panjang akhirnya aku menunjukkannya.  

Banyak hal buruk yang aku tahu tentangmu, tidak semua perlakuanmu kepadaku bisa aku terima, namun semua itu tidak menghapuskan kebahagianku pada saat itu. Kita memulai semua ini dengan keadaan sadar bahwa semuanya salah, namun secara tidak sadar kita telah melewati waktu yang cukup panjang bagiku, dan berakhir dengan jejak menyakitkan bagiku, namun sepertinya tidak bagimu.

Untukmu, selamat menyambut segudang kebahagian bersamanya.

 

-Tulisan ini dibuat untuk mengenang bahwa aku pernah berada pada fase yang cukup buruk dan menyakitkan, hingga nantinya ketika aku berada pada fase ini lagi dapat percaya bahwa semua akan terlewati. 

Minggu, 22 April 2018

Keharusan

Merdeka katanya, bebas berpikir dan bebas melakakukan apapun. Tidak dikendalikan orang lain, tidak juga menjadikan diri untuk bergantung pada siapa yang tidak pantas bertanggung jawab atas apa yang kita perbuat.

Merdeka itu katanya tentang menjadikan diri kita jauh dari kata yang sangat menakutkan, seperti kata "harus".

Harus tampil cantik
Harus kerja di ini atau di itu
Harus nikah diumur sekian
Harus menghormati pria
Harus melayani pria (ini kodrat perempuan katanya)
Dan beribu keharusan yang sengaja dikonstruksi oleh teman-teman sesama manusia.

Namun, dari banyak kata harus yang terdapat dari luar diri kita, sehingga akhirnya dapat andil untuk mengatur segala bentuk keputusan bertindak, terkadang kata menakutkan itu banyak dengan sengaja dibentuk oleh diri kita sendiri, dan secara tidak sadar memenjara diri kita, ntah dalam hal membatasi tindakan atau bahkan perasaan sekalipun.