Tidak
seperti namanya, Mentari adalah seorang remaja yang selalu murung dan pendiam. ia
tidak seceria seperti remaja pada biasanya. dari banyak teman di kelas, Mentari
hanya dekat dengan teman sebangkunya, Rana. Kepribadian Rana sangat berbeda
dengan Mentari, Rana selalu membuat teman temannya di kelas tertawa karena
tingkahnya yang lucu dan sifatnya yang periang dan ceria. Sering kali Rana
menjadi sasaran para teman dan gurunya yang menanyakan tentang Mentari,
walaupun teman sebangkunya, Rana tidak begitu tahu tentang kehidupan Mentari. Rana
sering sekali menanyakan tentang Mentari yang terlihat selalu murung dan
pendiam namun Mentari selalu mengalihkan pembicaraan. Beberapa kali Rana
mengajak Mentari untuk bermain atau sekedar mencari udara luar, karena Rana
tahu bahwa Mentari sangat jarang keluar rumah, kalaupun keluar rumah mungkin hanya
untuk sekolah dan mengerjakan tugas kelompok. Satu jam sebelum jam pulang, jemputan
untuk Mentari sudah datang, jadi Rana tidak punya kesempatan menculik Mentari
untuk bermain, saat mengerjakan tugas kelompok pun Mentari selalu diantar
supirnya bahkan sang supir menunggu tuannya itu sampai selesai.
Mentari
tidak tahu bahwa teman temannya di kelas menaruh perhatian kepadanya, suatu
hari ada sebuah pengumuman bahwa sekolah mengadakan sebuah acara di Puncak Jawa
Barat yang mengharuskan semua muridnya menginap selama 3 hari 2 malam. Acara tersebut
akan dimulai seminggu setelah pengumuman disampaikan. Pengumuman tersebut
membuat semua murid gembira karena mereka tahu walaupun acaranya bertema
pembelajaran tetapi mereka bisa memanfaatkannya untuk liburan dan untuk
mempererat kekompakan antarsiswa. Ditengah sorak kegembiraan teman temannya,
Mentari hanya diam dan tersenyum. “kamu ikut kan?” tanya Rana dengan suara
kencang kepada Mentari yang membuat teman teman nya yang sedang bersorak dengan
sekejap membuat mereka diam, semua pandangan mengarah kepada Rana dan Mentari.
Mentari pun menggelengkan kepalanya, “yaaahh...” semua teman temannya
menyayangkan keputusan Mentari, semuanya menginginkan ia untuk ikut karena Mentari
tidak pernah mengikuti acara sekolah sekalipun. Semua temanya membujuk agar ia
ikut dalam acara ini. Randy seorang pria yang bermuka sangar, cuek dan yang
paling sering bolos kelas pun ikut membujuk Mentari. “TARI, ikut lah kau” bujuk
Randy dengan logat Bataknya, tapi Mentari hanya tersenyum.
“Ran,
Mentari gak ikut kamu ke kantin?” tanya Ratish kepada Rana “ngapain kau tanya
tanya Tari” tanya Randy sambil menepak pundak Ratish, “diam” menjatuhkan tangan
Randy dari pundaknya. “Tari di kelas, katanya dia tidak lapar”. Ratish lalu ke
kelas. Setiap langkah Ratish sangat panjang karena kakinya yang tinggi, seperti
namanya, kata Ratish berasal dari India yang berarti Tuhan Cinta, Ratish orang
Indonesia yang mayoritas keluarganya berdarah India, postur tubuhnya yang
tinggi tidak seperti remaja Indonesia lainnya, tapi Ratish berpikir bahwa
postur tubuhnya tidak diturunkan dari ayahnya yang asli India, Ratish percaya
bahwa postur tubuhnya diturunkan kakek dari pihak ibunya yang berketurunan
Jerman, namun begitu wajah Ratish sangat India. Ketika sampai di kelas Ratish
lalu menghampiri Mentari sambil tersenyum, Mentari pun bingung. Kemudian Ratish
langsung duduk di samping Mentari dan tanpa basa basi mengajak Mentari untuk
pulang bersamanya nanti. Namun Mentari langsung menolaknya dan memberikan
beberapa alasan, dari karena dia dijemput supirnya hingga alasan kalau rumahnya
tidak searah dengan Ratish. Padahal Ratish Tahu bahwa rumah Mentari satu kompleks
dengannya. “Yasudah” kata Ratish sambil pergi dari sampingnya karena Rana sudah
ada di depan dia dan Mentari.
Bel
pulang sekolah berdering sangat kencang yang membangkitkan sebagian siswa yang
tidur saat jam pelajaran terakhir. Semua siswa keluar dari kelasnya masing masing,
Mentari yang biasanya selalu dijemput tepat waktu bahkan sebelum waktunya sekarang
dibiarkan menunggu digerbang oleh supirnya. “ayo naik saja, supir mu pasti
telat jemput” Mentari menggelengkan kepalanya. “Yasudah” Ratish lalu pergi
mengendarai motor gedenya.
Satu
jam kemudian Ratish kembali lagi ke sekolah dengan pakaian latihan taekwondo, kali
ini Ratish menggunakan mobil karena sedang hujan, saat memarkirkan mobilnya ia
melihat Mentari sedang berteduh di pos satpam, lalu Ratish keluar dari mobil
menggunakan payung menuju pos satpam lalu memaksa Mentari untuk pulang
diantarnya, beberapa kali Mentari menolak. Tapi akhirnya Mentari mau untuk
pulang bersamanya, Ratish pun memayungi Mentari menuju mobilnya. Di perjalanan
Mentari dan Ratish tidak membangun sebuah topik, Mentari hanya meminta maaf
karena membuat Ratish terlambat untuk latihan taekwondo dan Ratish hanya
menjawab “tidak apa apa”. Saat sampai di kompleks Ratish menunjukan rumahnya
yang tak jauh dari rumah Mentari, Mentari kaget karena selama 2 tahun lebih
mereka sekelas, Mentari tidak tahu ia punya teman sekelas yang satu kompleks. Saat
tiba tepat depan rumahnya, Mentari segera turun tanpa menawarkan Ratish untuk
mengunjungi rumahnya, “terima kasih banyak Rat” lalu ia masuk ke dalam rumah.
Ratish
pun pulang ke rumah, pakaian latihan taekwondo adalah alasan Ratish untuk
kembali ke sekolah untuk mengecek keberadaan Mentari apakah sudah dijemput atau
belum. Karena sebenarnya jadwal latihan Taekwondonya besok. Saat dirumah Ratish
sangat penasaran dengan kepribadian Mentari yang sebenarnya, Ratish sangat ingin
tahu banyak tentang Mentari, keesokan harinya Ratish sengaja tidak sekolah
hanya karena ingin mengunjungi rumah Mentari, Ratish sengaja mengunjungi rumah
Mentari saat mentari sekolah, karena saat mentari di rumah ia tidak pernah
memperbolehkan siapapun termasuk teman dekatnya Rana berkunjung ke rumahnya,
hal itulah yang membuat Ratish bertanya sebenarnya kenapa tidak ada yang boleh
mengunjungi rumahnya. Ratish berjalan kaki dari rumahnya menuju rumah Mentari,
saat depan rumahnya ada seorang anak berusia sekitar 6 tahun masuk ke dalam rumah Mentari bersama wanita
yang memakai pakaian babysitter. “mbak,
mbak” Ratish memanggil pengasuh tersebut, “ ya mas? Ada apa?” pengasuh tersebut
membiarkan anak yang diasuh masuk ke dalam dan menutup pagar, “benar ini rumah
Mentari” padahal Ratish sudah mengetahuinya. Tiba tiba terdengar tangisan kencang
dari dalam yang menyebabkan pengasuh tersebut panik lalu masuk ke dalam tanpa menjawab
pertanyaan Ratish, Ratish pun ikut panik dan mengikuti pengasuh terebut masuk
ke dalam.
Suara
tangisan itu berasal dari anak yang sebelumnya ia lihat, saat Ratish ke dalam,
Pengasuh tersebut mencoba menenangkan anak tersebut, namun anak tersebut tetap
menangis. Ratish pun ikut mencoba menenangkan anak tersebut, anak tersebut
langsung berhenti menangis lalu memeluk Ratish. Anak tersebut bernama Navid,
Navid kemudian melepaskan pelukannya lalu berjalan berjinjit mengambil sebuah
bola. Bola tersebut diberikan kepada Ratish, Navid menyebutkan kata tidak jelas
dan berulang ulang, Ratish berpikir mungkin yang dimaksud Navid adalah “kakak”.
Navid memegang tangan Ratish dan telunjuknya menunjukan arah taman. “Navid mengajak
mas untuk bermain bola di taman” kata pengasuh kepada Ratish, Ratish pun
bermain bola dengan Navid. Saat bermain, Ratish merasa ada sesuatu yang berbeda
dari Navid dan anak anak lain seusianya. Navid berjalan berjinjit dan tangannya
tidak berhenti digoyangkan, di usianya yang ke enam pun komunikasi Navid belum
lancar dan kadang sulit untuk dipahami. Setelah beberapa jam bermain, kemudian
datang seorang wanita yang melontarkan senyuman kepada Ratish, lalu menggendong
Navid ke dalam rumah, digendongan wanita itu Navid menoleh ke belakang tersenyum
kepada Ratish dan melambaikan tangannya. Sebelum pulang Ratish ingin sekali
bertanya kepada pengasuh Navid, Ratish pun menghampiri pengasuh itu, tanpa
Ratish bertanya pengasuh itu menjelaskan tentang Navid, bahwa perkembangan
Navid tidak seperti anak lain seusianya. Walaupun wajahnya terlihat normal,
tapi sebenarnya dia perlu perhatian dan penanganan yang berbeda, namun pengasuh
tersebut tidak tahu apa nama kelainan yang ada dalam diri Navid. Saat berbincang
dengan pengasuh tersebut datang seorang pria lalu masuk ke dalam rumah. “itu
ayah Navid” jelas pengasuh. “ngomong ngomong mas ini siapa?” tanya pengasuh. “oh
iya, maaf saya belum sempat memperkenalkan diri. Saya Ratish temannya Mentari”.
“oh begitu, non Tari nya tidak ada di rumah mas, dia sedang sekolah”, tiba tiba
terdengar suara kencang seperti ada dua orang yang sedang bertengkar, “itu
mamah dan papahnya non Mentari, saya harus mengambil Navid dari nyonya”. Kemudian
pengasuh tersebut pergi masuk ke dalam rumah, disusul dengan Ratish yang pergi
meninggal rumah Mentari.
Saat
di perjalanan pulang ke rumah Ratish memikirkan Navid dan memikirkan mamah dan
papahnya Mentari yang terdengar sedang bertengkar, Ratish berpikir apakah hal
hal yang ada dalam Navid dan orang tuanya yang membuat Mentari tidak memperbolehkan
teman teman nya mengunjunginya rumahnya. Saat sampai di rumah Ratish langsung
mencari informasi tentang Navid, dari ciri ciri yang ada pada Navid, ternyata
itu sebuah kelainan genetik yang bernama Rett
Syndrome atau Rett Disorder.
Keesokannya,
di sekolah di tempat parkir Mentari menghampiri Ratish “kamu kemarin kenapa
tidak sekolah? Waktu aku pulang sekolah aku melihat kamu berjalan dari arah
rumah ku menuju ke rumah kamu” Ratish sangat kaget karena takut Mentari
mengetahui bahwa dia mengunjungi rumahnya. “mbak yang ada di rumah bilang kalau
ada teman aku yang ke rumah, itu kamu?” . “aduh, lupa bilang mbak kalau Mentari
jangan sampai tahu” gumam Ratish “kenapa? Ada yang disembunyikan? Sekarang kamu
sudah tahu kan semuanya tentang aku?” Mentari lalu pergi ke kelas. Ratish
sangat merasa bersalah karena sudah mengetahui semua tentangnya bukan dari
dirinya sendiri tapi lancang mengetahui dari orang lain, lalu Ratish menyusul
Mentari ke kelas untuk meminta maaf, namun bel masuk terlanjur berdering. Saat istirahat
Ratish ingin meminta maaf namun Mentari selalu dengan Rana yang membuat Ratish
tidak punya kesempatan untuk bicara berdua. Sampai pulang pun Ratish belum
sempat meminta maaf.
Mentari
pulang seperti biasa dijemput supirnya, saat depan rumah, Mentari melihat Navid
dan pengasuhnya akan pergi “Navid mau ke mana mbak?” “Navid dari tadi memanggil
“kakak”, jadi mbak mau ajak Navid ke kakak yang kemarin” “maksud mbak Ratish?” “iya
non, mamah dan papah sudah menunggu non di dalam” Dalam hatinya Mentari tidak ingin membiarkan
Navid mengunjungi rumah Ratish namun itu lebih baik dibanding Navid harus
mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Mentari lalu menemui kedua orang tua nya
di dalam rumah, tidak disangka di dalam rumah ada kakaknya yang tahun lalu
pernah meninggalkan rumah karena tidak kuat dengan keadaan rumah, Mentari tahu kalau
keberadaan kedua orang tua nya dan kakaknya dalam sebuah ruangan tidak lain
akan ada sebuah pertengkaran yang menimbulkan ketidak tenangan. Mentari pun memutuskan
untuk pergi dari rumah dan menuju rumah Ratish.
“Tar?
Masuk” Ratish mempersilahkan Mentari masuk ke dalam rumahnya. “aku sedang
bermain di taman belakang dengan Navid, kita ke sana saja yuk” ajak Ratish. Saat
Navid dan Ratish bermain, Mentari duduk di sembuh kursi dengan mata yang
berkaca kaca, lalu Ratish menghampiri Mentari dan bertanya mengapa, kemudian Mentari
mulai menceritakan semuanya, Mentari merasa terharu melihat Navid tertawa
sangat bahagia, Navid sangat jarang tertawa seperti saat bermain dengan Ratish,
karena dia tidak mempunyai teman. Teman dia hanya Mentari dan orang tuanya,
terkadang saat tertawa pasti selalu ada yang membuat dia menangis karena orang
tuanya bertengkar secara tiba tiba. Air mata Mentari tak terbendung lagi,
mungkin Mentari baru menceritakan semuanya hanya kepada Ratish, kemudian Ratish
mencoba menegarkan Mentari dengan mengusap pundaknya. Lalu Mentari menceritakan
kembali tentang kedua orang tuanya yang sangat terobsesi akan karirnya sehingga
waktu kebersamaan dengan pasangannya sangat kurang yang menyebabkan mereka
sering bertengkar, dan pertengkaran mereka membuat kakak Mentari pergi dari
rumah dan menjadi anak yang liar. tak terasa matahari pergi dari langit,
Mentari pulang ke rumah diantar Ratish, Ratish ikut masuk ke dalam rumah karena
menggendong Navid yang tertidur kelelahan. Di dalam rumah Ratish bertemu dengan
ayah Mentari, ayah Mentari mengucapkan terima kasih “kamu Ratish yang di ceritakan
mbak, yang selalu membuat Navid tersenyum saat main? Terima kasih banyak ya”.
Mentari hanya tersenyum melihat ayahnya berbincang dengan Ratish lalu ia pergi
ke kamar. Saat berbincang ayahnya Mentari, Ratish memanfaatkan kesempatan ini
untuk meminta izin agar Mentari diperbolehkan mengikuti acara di Puncak, tanpa
disangka ayahnya memberikan izin tersebut “boleh saja, saya titip Mentari sama
kamu ya”. Ratish berpamitan dan pulang dengan hati sangat bahagia.
Pagi
di kelas, pembelajaran telah dimulai namun Ratish dan Mentari belum datang,
tiba tiba Ratish dan Mentari datang bersamaan dengan wajah ceria, wajah yang
jarang sekali terlihat dari sosok Mentari. “kenapa bisa bareng dengan Ratish?”
tanya Rana kepada Mentari “semalam Ratish minta berangkat bareng, tapi dia jemput
aku telat” Mentari bercerita dengan senyuman dan wajah yang cerah “benar? Aku senang
lihat kamu ceria” “hari ini adik aku ulang tahun, mamah aku ingin bertemu
dengan teman teman anaknya” “jadi kita boleh ke rumah kamu Tar?” “iya” Rana
memeluk hangat Mentari. Karena pembelajaran sedang berlangsung, semua teman
temannya melihat Rana dan Mentari yang berpelukan, lalu Mentari melihat Ratish
yang tengah melontarkan senyuman kepadanya.
Di
sela sela pergantian pembelajaran Ratish berdiri di depan kelas dan mengumumkan
bahwa Mentari di izinkan orang tuanya untuk mengikuti acara di puncak, semua
teman kelasnya bersorak ceria karena ini adalah kali pertama dan terakhir
sebuah acara di sekolah di ikuti kelas mereka dengan anggota yang lengkap.
Puncak,
Jawa Barat. “Sekarang Mentari kembali Bersinar” Ratish menoleh ke arah Mentari
lalu melontarkan senyuman. Senyuman Ratish semakin membuat Mentari bersinar.