selamat datang

Minggu, 07 Desember 2014

Mentari

Tidak seperti namanya, Mentari adalah seorang remaja yang selalu murung dan pendiam. ia tidak seceria seperti remaja pada biasanya. dari banyak teman di kelas, Mentari hanya dekat dengan teman sebangkunya, Rana. Kepribadian Rana sangat berbeda dengan Mentari, Rana selalu membuat teman temannya di kelas tertawa karena tingkahnya yang lucu dan sifatnya yang periang dan ceria. Sering kali Rana menjadi sasaran para teman dan gurunya yang menanyakan tentang Mentari, walaupun teman sebangkunya, Rana tidak begitu tahu tentang kehidupan Mentari. Rana sering sekali menanyakan tentang Mentari yang terlihat selalu murung dan pendiam namun Mentari selalu mengalihkan pembicaraan. Beberapa kali Rana mengajak Mentari untuk bermain atau sekedar mencari udara luar, karena Rana tahu bahwa Mentari sangat jarang keluar rumah, kalaupun keluar rumah mungkin hanya untuk sekolah dan mengerjakan tugas kelompok. Satu jam sebelum jam pulang, jemputan untuk Mentari sudah datang, jadi Rana tidak punya kesempatan menculik Mentari untuk bermain, saat mengerjakan tugas kelompok pun Mentari selalu diantar supirnya bahkan sang supir menunggu tuannya itu sampai selesai.

Mentari tidak tahu bahwa teman temannya di kelas menaruh perhatian kepadanya, suatu hari ada sebuah pengumuman bahwa sekolah mengadakan sebuah acara di Puncak Jawa Barat yang mengharuskan semua muridnya menginap selama 3 hari 2 malam. Acara tersebut akan dimulai seminggu setelah pengumuman disampaikan. Pengumuman tersebut membuat semua murid gembira karena mereka tahu walaupun acaranya bertema pembelajaran tetapi mereka bisa memanfaatkannya untuk liburan dan untuk mempererat kekompakan antarsiswa. Ditengah sorak kegembiraan teman temannya, Mentari hanya diam dan tersenyum. “kamu ikut kan?” tanya Rana dengan suara kencang kepada Mentari yang membuat teman teman nya yang sedang bersorak dengan sekejap membuat mereka diam, semua pandangan mengarah kepada Rana dan Mentari. Mentari pun menggelengkan kepalanya, “yaaahh...” semua teman temannya menyayangkan keputusan Mentari, semuanya menginginkan ia untuk ikut karena Mentari tidak pernah mengikuti acara sekolah sekalipun. Semua temanya membujuk agar ia ikut dalam acara ini. Randy seorang pria yang bermuka sangar, cuek dan yang paling sering bolos kelas pun ikut membujuk Mentari. “TARI, ikut lah kau” bujuk Randy dengan logat Bataknya, tapi Mentari hanya tersenyum.

“Ran, Mentari gak ikut kamu ke kantin?” tanya Ratish kepada Rana “ngapain kau tanya tanya Tari” tanya Randy sambil menepak pundak Ratish, “diam” menjatuhkan tangan Randy dari pundaknya. “Tari di kelas, katanya dia tidak lapar”. Ratish lalu ke kelas. Setiap langkah Ratish sangat panjang karena kakinya yang tinggi, seperti namanya, kata Ratish berasal dari India yang berarti Tuhan Cinta, Ratish orang Indonesia yang mayoritas keluarganya berdarah India, postur tubuhnya yang tinggi tidak seperti remaja Indonesia lainnya, tapi Ratish berpikir bahwa postur tubuhnya tidak diturunkan dari ayahnya yang asli India, Ratish percaya bahwa postur tubuhnya diturunkan kakek dari pihak ibunya yang berketurunan Jerman, namun begitu wajah Ratish sangat India. Ketika sampai di kelas Ratish lalu menghampiri Mentari sambil tersenyum, Mentari pun bingung. Kemudian Ratish langsung duduk di samping Mentari dan tanpa basa basi mengajak Mentari untuk pulang bersamanya nanti. Namun Mentari langsung menolaknya dan memberikan beberapa alasan, dari karena dia dijemput supirnya hingga alasan kalau rumahnya tidak searah dengan Ratish. Padahal Ratish Tahu bahwa rumah Mentari satu kompleks dengannya. “Yasudah” kata Ratish sambil pergi dari sampingnya karena Rana sudah ada di depan dia dan Mentari.

Bel pulang sekolah berdering sangat kencang yang membangkitkan sebagian siswa yang tidur saat jam pelajaran terakhir. Semua siswa keluar dari kelasnya masing masing, Mentari yang biasanya selalu dijemput tepat waktu bahkan sebelum waktunya sekarang dibiarkan menunggu digerbang oleh supirnya. “ayo naik saja, supir mu pasti telat jemput” Mentari menggelengkan kepalanya. “Yasudah” Ratish lalu pergi mengendarai motor gedenya.

Satu jam kemudian Ratish kembali lagi ke sekolah dengan pakaian latihan taekwondo, kali ini Ratish menggunakan mobil karena sedang hujan, saat memarkirkan mobilnya ia melihat Mentari sedang berteduh di pos satpam, lalu Ratish keluar dari mobil menggunakan payung menuju pos satpam lalu memaksa Mentari untuk pulang diantarnya, beberapa kali Mentari menolak. Tapi akhirnya Mentari mau untuk pulang bersamanya, Ratish pun memayungi Mentari menuju mobilnya. Di perjalanan Mentari dan Ratish tidak membangun sebuah topik, Mentari hanya meminta maaf karena membuat Ratish terlambat untuk latihan taekwondo dan Ratish hanya menjawab “tidak apa apa”. Saat sampai di kompleks Ratish menunjukan rumahnya yang tak jauh dari rumah Mentari, Mentari kaget karena selama 2 tahun lebih mereka sekelas, Mentari tidak tahu ia punya teman sekelas yang satu kompleks. Saat tiba tepat depan rumahnya, Mentari segera turun tanpa menawarkan Ratish untuk mengunjungi rumahnya, “terima kasih banyak Rat” lalu ia masuk ke dalam rumah.

Ratish pun pulang ke rumah, pakaian latihan taekwondo adalah alasan Ratish untuk kembali ke sekolah untuk mengecek keberadaan Mentari apakah sudah dijemput atau belum. Karena sebenarnya jadwal latihan Taekwondonya besok. Saat dirumah Ratish sangat penasaran dengan kepribadian Mentari yang sebenarnya, Ratish sangat ingin tahu banyak tentang Mentari, keesokan harinya Ratish sengaja tidak sekolah hanya karena ingin mengunjungi rumah Mentari, Ratish sengaja mengunjungi rumah Mentari saat mentari sekolah, karena saat mentari di rumah ia tidak pernah memperbolehkan siapapun termasuk teman dekatnya Rana berkunjung ke rumahnya, hal itulah yang membuat Ratish bertanya sebenarnya kenapa tidak ada yang boleh mengunjungi rumahnya. Ratish berjalan kaki dari rumahnya menuju rumah Mentari, saat depan rumahnya ada seorang anak berusia sekitar 6 tahun  masuk ke dalam rumah Mentari bersama wanita yang memakai pakaian babysitter. “mbak, mbak” Ratish memanggil pengasuh tersebut, “ ya mas? Ada apa?” pengasuh tersebut membiarkan anak yang diasuh masuk ke dalam dan menutup pagar, “benar ini rumah Mentari” padahal Ratish sudah mengetahuinya. Tiba tiba terdengar tangisan kencang dari dalam yang menyebabkan pengasuh tersebut panik lalu masuk ke dalam tanpa menjawab pertanyaan Ratish, Ratish pun ikut panik dan mengikuti pengasuh terebut masuk ke dalam.

Suara tangisan itu berasal dari anak yang sebelumnya ia lihat, saat Ratish ke dalam, Pengasuh tersebut mencoba menenangkan anak tersebut, namun anak tersebut tetap menangis. Ratish pun ikut mencoba menenangkan anak tersebut, anak tersebut langsung berhenti menangis lalu memeluk Ratish. Anak tersebut bernama Navid, Navid kemudian melepaskan pelukannya lalu berjalan berjinjit mengambil sebuah bola. Bola tersebut diberikan kepada Ratish, Navid menyebutkan kata tidak jelas dan berulang ulang, Ratish berpikir mungkin yang dimaksud Navid adalah “kakak”. Navid memegang tangan Ratish dan telunjuknya menunjukan arah taman. “Navid mengajak mas untuk bermain bola di taman” kata pengasuh kepada Ratish, Ratish pun bermain bola dengan Navid. Saat bermain, Ratish merasa ada sesuatu yang berbeda dari Navid dan anak anak lain seusianya. Navid berjalan berjinjit dan tangannya tidak berhenti digoyangkan, di usianya yang ke enam pun komunikasi Navid belum lancar dan kadang sulit untuk dipahami. Setelah beberapa jam bermain, kemudian datang seorang wanita yang melontarkan senyuman kepada Ratish, lalu menggendong Navid ke dalam rumah, digendongan wanita itu Navid menoleh ke belakang tersenyum kepada Ratish dan melambaikan tangannya. Sebelum pulang Ratish ingin sekali bertanya kepada pengasuh Navid, Ratish pun menghampiri pengasuh itu, tanpa Ratish bertanya pengasuh itu menjelaskan tentang Navid, bahwa perkembangan Navid tidak seperti anak lain seusianya. Walaupun wajahnya terlihat normal, tapi sebenarnya dia perlu perhatian dan penanganan yang berbeda, namun pengasuh tersebut tidak tahu apa nama kelainan yang ada dalam diri Navid. Saat berbincang dengan pengasuh tersebut datang seorang pria lalu masuk ke dalam rumah. “itu ayah Navid” jelas pengasuh. “ngomong ngomong mas ini siapa?” tanya pengasuh. “oh iya, maaf saya belum sempat memperkenalkan diri. Saya Ratish temannya Mentari”. “oh begitu, non Tari nya tidak ada di rumah mas, dia sedang sekolah”, tiba tiba terdengar suara kencang seperti ada dua orang yang sedang bertengkar, “itu mamah dan papahnya non Mentari, saya harus mengambil Navid dari nyonya”. Kemudian pengasuh tersebut pergi masuk ke dalam rumah, disusul dengan Ratish yang pergi meninggal rumah Mentari.

Saat di perjalanan pulang ke rumah Ratish memikirkan Navid dan memikirkan mamah dan papahnya Mentari yang terdengar sedang bertengkar, Ratish berpikir apakah hal hal yang ada dalam Navid dan orang tuanya yang membuat Mentari tidak memperbolehkan teman teman nya mengunjunginya rumahnya. Saat sampai di rumah Ratish langsung mencari informasi tentang Navid, dari ciri ciri yang ada pada Navid, ternyata itu sebuah kelainan genetik yang bernama Rett Syndrome atau Rett Disorder.

Keesokannya, di sekolah di tempat parkir Mentari menghampiri Ratish “kamu kemarin kenapa tidak sekolah? Waktu aku pulang sekolah aku melihat kamu berjalan dari arah rumah ku menuju ke rumah kamu” Ratish sangat kaget karena takut Mentari mengetahui bahwa dia mengunjungi rumahnya. “mbak yang ada di rumah bilang kalau ada teman aku yang ke rumah, itu kamu?” . “aduh, lupa bilang mbak kalau Mentari jangan sampai tahu” gumam Ratish “kenapa? Ada yang disembunyikan? Sekarang kamu sudah tahu kan semuanya tentang aku?” Mentari lalu pergi ke kelas. Ratish sangat merasa bersalah karena sudah mengetahui semua tentangnya bukan dari dirinya sendiri tapi lancang mengetahui dari orang lain, lalu Ratish menyusul Mentari ke kelas untuk meminta maaf, namun bel masuk terlanjur berdering. Saat istirahat Ratish ingin meminta maaf namun Mentari selalu dengan Rana yang membuat Ratish tidak punya kesempatan untuk bicara berdua. Sampai pulang pun Ratish belum sempat meminta maaf.

Mentari pulang seperti biasa dijemput supirnya, saat depan rumah, Mentari melihat Navid dan pengasuhnya akan pergi “Navid mau ke mana mbak?” “Navid dari tadi memanggil “kakak”, jadi mbak mau ajak Navid ke kakak yang kemarin” “maksud mbak Ratish?” “iya non, mamah dan papah sudah menunggu non di dalam”  Dalam hatinya Mentari tidak ingin membiarkan Navid mengunjungi rumah Ratish namun itu lebih baik dibanding Navid harus mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Mentari lalu menemui kedua orang tua nya di dalam rumah, tidak disangka di dalam rumah ada kakaknya yang tahun lalu pernah meninggalkan rumah karena tidak kuat dengan keadaan rumah, Mentari tahu kalau keberadaan kedua orang tua nya dan kakaknya dalam sebuah ruangan tidak lain akan ada sebuah pertengkaran yang menimbulkan ketidak tenangan. Mentari pun memutuskan untuk pergi dari rumah dan menuju rumah Ratish.

“Tar? Masuk” Ratish mempersilahkan Mentari masuk ke dalam rumahnya. “aku sedang bermain di taman belakang dengan Navid, kita ke sana saja yuk” ajak Ratish. Saat Navid dan Ratish bermain, Mentari duduk di sembuh kursi dengan mata yang berkaca kaca, lalu Ratish menghampiri Mentari dan bertanya mengapa, kemudian Mentari mulai menceritakan semuanya, Mentari merasa terharu melihat Navid tertawa sangat bahagia, Navid sangat jarang tertawa seperti saat bermain dengan Ratish, karena dia tidak mempunyai teman. Teman dia hanya Mentari dan orang tuanya, terkadang saat tertawa pasti selalu ada yang membuat dia menangis karena orang tuanya bertengkar secara tiba tiba. Air mata Mentari tak terbendung lagi, mungkin Mentari baru menceritakan semuanya hanya kepada Ratish, kemudian Ratish mencoba menegarkan Mentari dengan mengusap pundaknya. Lalu Mentari menceritakan kembali tentang kedua orang tuanya yang sangat terobsesi akan karirnya sehingga waktu kebersamaan dengan pasangannya sangat kurang yang menyebabkan mereka sering bertengkar, dan pertengkaran mereka membuat kakak Mentari pergi dari rumah dan menjadi anak yang liar. tak terasa matahari pergi dari langit, Mentari pulang ke rumah diantar Ratish, Ratish ikut masuk ke dalam rumah karena menggendong Navid yang tertidur kelelahan. Di dalam rumah Ratish bertemu dengan ayah Mentari, ayah Mentari mengucapkan terima kasih “kamu Ratish yang di ceritakan mbak, yang selalu membuat Navid tersenyum saat main? Terima kasih banyak ya”. Mentari hanya tersenyum melihat ayahnya berbincang dengan Ratish lalu ia pergi ke kamar. Saat berbincang ayahnya Mentari, Ratish memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta izin agar Mentari diperbolehkan mengikuti acara di Puncak, tanpa disangka ayahnya memberikan izin tersebut “boleh saja, saya titip Mentari sama kamu ya”. Ratish berpamitan dan pulang dengan hati sangat bahagia.

Pagi di kelas, pembelajaran telah dimulai namun Ratish dan Mentari belum datang, tiba tiba Ratish dan Mentari datang bersamaan dengan wajah ceria, wajah yang jarang sekali terlihat dari sosok Mentari. “kenapa bisa bareng dengan Ratish?” tanya Rana kepada Mentari “semalam Ratish minta berangkat bareng, tapi dia jemput aku telat” Mentari bercerita dengan senyuman dan wajah yang cerah “benar? Aku senang lihat kamu ceria” “hari ini adik aku ulang tahun, mamah aku ingin bertemu dengan teman teman anaknya” “jadi kita boleh ke rumah kamu Tar?” “iya” Rana memeluk hangat Mentari. Karena pembelajaran sedang berlangsung, semua teman temannya melihat Rana dan Mentari yang berpelukan, lalu Mentari melihat Ratish yang tengah melontarkan senyuman kepadanya.

Di sela sela pergantian pembelajaran Ratish berdiri di depan kelas dan mengumumkan bahwa Mentari di izinkan orang tuanya untuk mengikuti acara di puncak, semua teman kelasnya bersorak ceria karena ini adalah kali pertama dan terakhir sebuah acara di sekolah di ikuti kelas mereka dengan anggota yang lengkap.

Puncak, Jawa Barat. “Sekarang Mentari kembali Bersinar” Ratish menoleh ke arah Mentari lalu melontarkan senyuman. Senyuman Ratish semakin membuat Mentari bersinar.